Selasa, 10 Januari 2012

askep pielonefritis akut


BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Infeksi Traktus Urinarius (UTI) sering terjadi dan menyerang manusia tanpa memandang usia, terutama perempuan. UTI bertanggung jawab atas sekitar tujuh juta kunjungan pasien kepada dokter setiap tahunnya di Amerika Serikat (Stamm,1998). Secara mikro biologi UTI dinyatakan ada jika terdapat bakteriuria bermakna (ditemukan mikroorganisme patogen 105 ml pada urin pancaran tengah yang dikumpulkan pada cara yang benar). Abnormalitas dapat hanya berkolonisasi bakteri dari urine (bakteriuria asimtomatik) atau bakteriuria dapat disertai infeksi simtomatikndari struktur-struktur traktus urinarius/ UTI umumnya dibagi dalam dua sub kategori besar: UTI bagian bawah (uretritis,sistitis, prostatitis) dan UTI bagian atas (pielonefritis akut). Sistitis akut (infeksi vesika urinaria) dan pielonefritis akut ( infeksi pelvis dan interstisium ginjal) adalah infeksi yang paling berperan dalam menimbulkan morbilitas tetapi jarang berakhir sebagai gagal ginjal progresif.
Pielonefritis merupakan infeksi piala pada ginjal, tubulus dan jaringan interstisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra dan naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% sampai 25% curah jantung, bakteri jarang yang mencapai ginjal melalui aliran darah; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%.
Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks ureterivesikal, dimana katup uretevesikal yang tidak kompeten meynyebabkan urine mengalir balik (refluks) ke dalam ureter. Obstruksi traktus urinarius ( yang meningkatkan kerentanan ginjal terhadap infeksi), tumor kandung kemih, striktur, hiperplasia prostatik benigna, dan batu urinarius merupakan penyebab yang lain. Pielonefritis dapat akut dan kronis.
1.2       Rumusan Masalah
Permasalahan yang kami angakt dalam makalah ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada pielonefritis.
1.3       Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dasar tentang pielonefritis.
2. Untuk mengetahui pembagian dari pielonefritis.
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien  pielonefritis.

BAB II
KONSEP DASAR PIELONEFRITIS

2.1       Pengertian Pielonefritis Akut
Pielonefritis adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri. Infeksi bakteri pada jaringan ginjal yang di mulai dari saluran kemih bagian bawah terus naik ke ginjal. Infeksi ini dapat mengenai parenchym maupun renal pelvis (pyelum= piala ginjal).
Pielonefritis Akut adalah suatu reaksi inflamasi yang terjadi karena infeksi pada pielum dan parenkim ginjal. Biasanya kuman berasal dari saluran kemih bagian bawah naik ke ginjal melalui ureter. Kuman - kuman itu antara lain adalah E Colli, Proteus, Klebsiella, Strep faecalis dan enterokokus. Kuman Stafilokokus aureus  dapat menyebabkan pielonefritis melalui penularan secara hematogen, meskipun sekarang jarang dijumpai.
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002: 1436).
Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002: 668)


2.2       Penyebab
  • Bakteri  E. Coli.
  • Resisten terhadap antibiotik.
  • Obstruksi ureter yang mengakibatkan hidronefrosis.
  • Infeksi  aktif.
  • Penurunan fungsi ginjal.
  • Uretra refluk.
  • Bakteri menyebar ke daerah ginjal, darah, sistem limfatik.
2.3       Tanda dan Gejala
  1. Pyelonefritis akut ditandai dengan pembengkakan ginjal atau pelebaran ginjal.
  2. Pada pengkajian di dapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil, nausea, nyeri pada pinggang , sakit kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan fisik.
  3. Pada perkusi di daerah CVA ditandai dengan adanya tenderness.
  4. Client biasanya di sertai disuria, frequency, urgency dalam beberapa hari.
  5. Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria dengan bau yang tajam, selain itu juga adanya peningkatan sel darah putih.
 Tanda dan Gejala lainnya

  1. Adanya keletihan.
  2. Sakit kepala, nafsu makan rendah dan berat badan menurun.
  3. Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis, proteinuria, pyuria, dan kepekatan urin menurun.
  4. Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalami gagal ginjal.
  5. Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks.
  6. Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada jaringan.
  7. Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hypertensi.
2.4 Patofisiologi
Bakteri naik ke ginjal dan pelvis ginjal melalui saluran kandung kemih dan uretra. Flora normal fekal seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphilococus aureus adalah bakteri paling umum yang menyebabkan pielonefritis akut. E. coli menyebabkan sekitar 85% infeksi.
Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang tidak lazim. Korteks dan medula mengembang dan multipel abses. Kalik dan pelvis ginjal juga akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghsilkan fibrosis dan scarring. Pielonefritis kronis muncul stelah periode berulang dari pielonefritis akut. Ginjal mengalami perubahan degeneratif dan menjadi kecil serta atrophic. Jika destruksi nefron meluas, dapat berkembang menjadi gagal ginjal.


2.5  Komplikasi
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut (Patologi Umum & Sistematik J. C. E. Underwood, 2002: 669):
• Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila guinjal, terutama pada penderita diabetes melitus atau pada tempat terjadinya obstruksi.
• Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang dekat sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan sistem kaliks mengalami supurasi, sehingga ginjal mengalami peregangan akibat adanya pus.
• Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas ke dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.
 2.6    Penatalaksanaan
Pasien pyelonifritis akut beresiko terhadap bakterimia dan memerlukan  terapi antimikrobakterium yang intensif. Terapi parental diberikan selama 24 sampai 28 jam sampai pasien afrebil. Pada waktu tersebut, agens oral dspst diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedikit kritis akan efektif apabila ditangani hanya dengan agens oral. Untuk mrncega perkemban biakannyabakteri yang tersisa, maka pengobatan pyelonefritis akut biasanya lebi lama dari pada sistesis.
Masalah yang mungkin timbul dalam penanganan adalah infeksi kronik atau kambuhan yang muncul sampai beberapa bulan atau tahun tanpa gejala. Setelah program antimikrobial awal, pasien dipertahankan untuk terus diwah penanganan antimikrobial sampai adanya bukti infeksi tidak terjadi, seluruh faktor penyebab telah ditangani dan dikendalikan, dan fungsi ginjal stabil. Kadar keratininserum dan hitung darah pasien dipantau durasinya pada terapi jangka panjang.
Penatalaksanaan agens antimokrobial pilihan di dasarkan pada identifikasi patogen melalui kultur urin. Jika bakteri tidak dapat hilang dari urin, nitrofurantion atau kombinasi sulfametoxazole dan trimetrhopim dapat digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri.    
PemeriksaanPenunjang:
1.Wholeblood
2.Urinalisis
3.USG&Radiologi
4.BUN
5.creatinin
6. serum electrolytes




BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PIELONEFRITIS AKUT

3.1       Pengkajian Keperawatan
1. Identifikasi Pasien
Anak wanita dan wanita dewasa mempunyai insidens infeksi saluran kemih yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria.
2. Riwayat Penyakit
a.   Keluhan utama : nyeri punggung dibawah dan disuria.
b.   Riwayat penyakit sekarang: masuknya bakteri ke kandung kemih sehingga menyebabkan infeksi.
c.   Riwayat penyakit dahulu: mungkin pasien pernah mengalami penyakit seperti ini sebelunnya.
d.  Riwayat penyakit keluarga: ISK bukanlah penyakit keturunan.
3. Pola fungsi kesehatan
  1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan: kurangnya pengetahuan pasien tentang pencegahan.
  2. Pola istirahat dan tidur: istirahat dan tidur pasien mengalami gangguan karena gelisah dan nyeri.
c.  Pola eliminasi: pasien cenderung mengalami disuria dan sering kencing.
d. Pola aktivitas: aktivitas pasien mengalami gangguan karena rasa nyeri yang kadang     datang.
4. Pemeriksaan fisik
a.  Tanda-tanda vital
TD: normal / meningkat
Nadi: normal/ meningkat
Respirasi: normal/ meningkat
Temperatur: normal/ meningkat

b.  Data fokus
Inpeksi: rekuensi miksi b (+), lemah dan lesu, urin keruh
Palpasi: suhu tubuh meningkat atau tidak
Perkusi: resona
Auskultasi: -
3.2       Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur urinasius lain.
b. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstuksi pada kandung kemih atau pun stuktur traktus urinarius lain.
c.  Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
3.3       Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan: nyeri dan ketidakseimbangannya berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur traktus urinarius lain.
Kriteria evaluasi : tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi panggul.
No.
Intervensi
Rasional
1.
Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, bau dan pola berkemih, masukan dan haluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang.
Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
2.
Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) penyebaran nyeri.
Membantu mengevaluasi tempat obstroksi dan penyebab nyeri.
3.
Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan punggung, lingkungan istirahat.
Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
4.
Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus relaksasi.
Membantu mengarahkan kembali perhatian dan untuk relaksasi otot.
5.
Berikan perawatan perineal.
Untuk mencegah kontaminasi uretra
6.
Jika dipasang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 n kali per hari.
Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan.
7.
Kolaborasi
Konsul dokter bila: sebelumnya kuning gading-urine kuning, jingga gelap, berkabut atau keruh. Pla berkemih berubah, sering berkemih dengan jumlah sedikit, perasaan ingin kencing, meneter setelah berkemih. Nyeri menetap atau bertambah sakit.
Temuan-temuan ini dapat memberi tanda kerusakan jaringan lanjut dan perlu pemeriksaan luas.
8.
Berikan analgesic sesuia kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya.
Analgesic memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri.
9.
Memberikan antibiotik. Buat berbagai variasi sediaan minum, termasuk air segar. Pemberian air sampai 2400 ml/hari.
Akibat dari haluaran urin memudahkan berkemih sering dan membantu membilas saluran berkemih.
2. Diagnosa Keperawatan: Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih atau pun struktur traktus urianarius lain.
Kriteria Evaluasi: Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (urgensi, oliguri, disuria).
No.
Intervensi
Rasional
1.
Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristik urin.
Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi.
2.
Tentukan pola berkemih pasien.
3.
Dorong meningkatkan pemasukan cairan.
Peningkatan hidrasi membilas bakteri
4.
Kaji keluhan kandung kemih penuh.
Retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan (kandungan kemih/ginjal).
5.
Observasi perubahan status mental: perilaku atau tingkat kesadaran.
Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada susunan saraf pusat.
6.
Kecuali dikontaminasikan: ubah posisi pasien setiap 2 jam.
Untuk mencegah status urin.
7.
Kolaborasi
Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin.
Pengawasan terhadap disfungsi ginjal.
8.
Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin.
Asam urin menghalangi tumbuhnya kuman
9.
Tingkatkan masukan sari buah berri dan berikan obat-obatan untuk meningkatakanasam urine.
Peningkatan masukan sari buah dapat berpengaruh dalam pengobatan infeksi saluran kemih.
.
3. Diagnosa Keperawatan: Kurangnya pengetahuan tantang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
Kriteria evaluasi: Menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.
No.
Intervensi
Rasional
1.
Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang.
Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
2.
Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran, jelaskan pemberian antibiotik, pemeriksaan diagnostik: tujuan, gambaran singkat, persiapan yang dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.
Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan membantu mengembangkan kepatuhan pasien terhadap rencana terapeutik.
3.
Pastikan pasien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk perawatan lanjut dan instruksi tertulis untuk perawatan sesudah pemeriksaan.
Instruksi verbal dapat dengan mudah untuk dilupakan.
4.
Instruksikan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, minum sebanyak kurang lebih delapan gelas per hari khususnya sari buah berri.
pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit mereda. Cairan menolong membilas ginjal. Asam piruvat dari sari buah berri membantu mempertahankan keadaan asam urin dan mencegah pertumbuhan bakteri.
5.
Berikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan masalah tentang rencana pengobatan.
Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhan dan membantu mengembangkan penerimaan rencana terapeutik.
.
3.4       Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat dan disesuaikan dengan kondisi pasien



3.5       Evaluasi Keperawatan
- Pasien tidak merasa nyeri waktu berkemih.
- Mempertahankan hidrasi adekuat dengan kriteria: tanda-tanda vital stabil, masukkan dan     keluaran urine seimbang.
-  Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi.
-  Peningkatan pemahaman klien dan keluarga mengenai kondisi dan pengobatan.


















BAB IV PENUTUP

A.    KESIMPULAN

·         Pielonefritis merupakan infeksi piala pada ginjal, tubulus dan jaringan interstisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra dan naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% sampai 25% curah jantung, bakteri jarang yang mencapai ginjal melalui aliran darah; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%.
·         Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks ureterivesikal, dimana katup uretevesikal yang tidak kompeten menyebabkan urine mengalir balik (refluks) ke dalam ureter. Obstruksi traktus urinarius ( yang meningkatkan kerentanan ginjal terhadap infeksi), tumor kandung kemih, striktur, hiperplasia prostatik benigna, dan batu urinarius merupakan penyebab yang lain. Pielonefritis dapat akut dan kronis.
    B. S A R A N
Kami dari kelompok 13 menyarankan bahwa mencegah lebih baik dari pada mengobati. Oleh sebab itu jagalah kesehatan kita sejak dini, terutama pada system urinaria kita. Makan makanan yang bergizi dan rajin berolah raga merupakan kunci dari tujuan kita menuju sehat.












DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2. EGC: Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal  Edisi 8 Bedah Volume 2. EGC: Jakarta